Sayyidah Khadijah:')
“Tak
dapat dimungkiri, Khadijah, istri Rasulullah merupakan sosok yang fenomenal.
Integritas, kesucian diri, keimanan, dan komitmennya untuk terus menyokong lalu
berkorban demi dakwah memang luar biasa. Khadijah, cinta sejati Rasulullah”
Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay Al-Qurasyiyah
Al-Asadiyah sebagai istri Rasulullah SAW
sekaligus wanita pertama yang membenarkan pengangkatan Muhammad SAW sebagai
nabi dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebelumnya dia dikenal sebagai
seorang wanita yang menjaga kehormatan dirinya sehingga melekatlah sebutan ath-thaahirah pada dirinya.
Khadijah binti Khuwailid lahir
pada tahun 68 sebelum Hijrah. Hidup dan tumbuh serta berkembang dalam suasana
keluarga yang terhormat dan terpandang, berakhlak mulia, terpuji, berkemauan
tinggi, serta mempunyai akal yang suci, Khadijah adalah wanita kaya yang hidup
dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki
beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad SAW (sebelum beliau
menjadi suaminya).
Peristiwa pernikahan Muhammad
SAW dengan Khadijah ra. berlangsung pada hari Jumat, dua bulan sesudah kembali
dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah ra. ialah
pamannya bernama ‘Amir bin Asad, sedang Waraqah bin Naufal membacakan khutbah
pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut : “Alhamdu
Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim,
benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan Mudhar.” “Begitupun kita
memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah
Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama
manusia.”
“Sesungguhnya anak saudaraku
ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga,
niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun
harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan
cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah mengenalinya siapa
dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin
lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri
dan saudara-saudaraku.”
“Demi Allah SWT, sesungguhnya
aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat
mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta
pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati pernikahan ini”.
Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah
mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di
pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki,
mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada
para tamu dan pengiring.”
Selesai upacara dan tamu-tamu
bubar, Khadijah ra. membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: “Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan
ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari
bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya
adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau
ridhoi !”
Itulah sebagaimana Firman Allah
SWT yang bermaksud: “Dan Dia
(Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan
kekayaan”. (Adh-Dhuhaa)
Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang
sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.
Wanita Terbaik
Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW terhadap peribadi Khadijah ra. ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbangan, dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain.”
Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW terhadap peribadi Khadijah ra. ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbangan, dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain.”
Putera-puteri Rasulullah SAW.
dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di
waktu kecil) dan empat wanita. Diantaranya Qosim, Abdullah, Zainab, Ruqayah,
Ummu Kultsum dan Fathimah. Namun putera beliau yang laki-laki meninggal dunia
sebelum dewasa. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali
bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan
inilah yang dianggap sebagai keturunan langsung dari Rasulullah SAW.
Perjuangan Khadijah
Tatkala Nabi SAW mengalami
rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua
orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang dakwah Islamiah, mendukung
dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah binti
Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi
wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul
Mukminin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti
teladannya.
Khadijah menyiapkan sebuah
rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan
membantunya ketika merenung di Gua Hira’. Khadijah adalah wanita pertama yang
beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah
adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga.
Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat
dengan kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah
beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika
orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang
tidak memberiku apa-apa.”
Khadijah mendahului semua orang
dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan
jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan
Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di
dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa
hidupnya.
Sayyidah Khadijah ra. adalah
wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mukmin yang orang pertama
yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW Khadijah ra. membawa panji
bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia
habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan
Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para
wanita.
Betapa tidak, karena Khadijah
ra. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di
sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang
mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di
jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri
sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur.
Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam
keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.
Nabi SAW tetap dalam sikap yang
demikian itu hingga malaikat meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada
Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika
melihatnya, Khadijah berkata :”Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah,
aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di
Mekkah, kemudian kembali kepadaku.” Maka Rasulullah SAW
menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.
Khadijah ra. berkata :”Gembiralah
dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh
aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini.” Nabi SAW tidak
mendapatkan darinya, kecuali peneguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya
dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu
yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau
penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan,
mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.
Itulah dia, Khadijah ra., yang
Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril as. menyampaikan
salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya : ”Sampaikan kepada
Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai
Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu.”
Maka Khadijah r.a. menjawab : ”Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan),
dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan
salam (kesejahteraan).”
Sesungguhnya ia adalah
kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para shahabat yang
terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan
sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada
semua sikap yang mendukung dakwah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a.
merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi
Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah,
menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan
risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan
menolongnya dengan jiwa dan hartanya.
Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah
beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika
orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika
orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan
mengharamkan bagiku anak dari selain dia.” [HR. Imam Ahmad dalam
"Musnad"-nya, 6/118]
Permulaan turunnya wahyu
merupakan tahapan baru bagi kehidupan Muhammad SAW turunnya wahyu dengan
tiba-tiba menjadikan diri beliau berubah statusnya. Turunnya permulaan wahyu
ini sebagai deklarasi tersambungnya kembali antara langit (risalah Ilahiyah)
dengan bumi (tugas penyampaian dan sikap optimisme hidup).
Tersambungnya kembali jalinan
langit dan bumi, setelah sebelumnya terputus beberapa abad. Inilah proses
penguatan jiwa Muhammad SAW sebagai seorang manusia untuk menerima risalah
Ilahiyah.
Karena itu, Muhammad SAW
berkata, “Saya takut
terhadap diriku sendiri” rasa
takut terhadap apa yang ia lihat dan di dengar itu bagian dari tipu daya jin
atau dukun, sebagaimana yang dipaparkan dalam buku-buku sirah tentang ketakutan
Muhammad SAW terhadap dirinya.
Khadijah menjawab dengan
mantap, karena dilatar belakangi pengenalan panjangnya terhadap pribadi
Muhammad SAW sejak menjadi pedagang. Pengenalan panjang Khadijah sebelum
menikah dengan Muhammad, yaitu informasi di dapat dari pembantunya yang bernama
Maisaroh -seorang laki-laki- yang menemani Muhammad SAW berdagang ke Syam, di
mana Maisaroh melihat awan dengan mata kepala sendiri berjalan menaungi
Muhammad SAW di suasana terik matahari. Dalam riwayat lain dua malaikat
menaungi Muhammad SAW kemana saja ia berjalan dari terik matahari.
Atau berteduhnya Muhammad SAW
di bawah sebuah pohon. Seorang Rahib yang melihat kejadian itu berkomentar,“Tidak ada
orang yang berteduh di pohon ini kecuali ia adalah seorang nabi, sebagaimana
diterangkan dalam kitab asli kami.” Dan ketika diceritakan ciri-ciri
Muhammad, maka itu persis tertulis dalam kitab mereka.
Makanya, ketika Khadijah
menjawab dengan mantap, “Tidak,
sekali-kali tidak” adalah
berdasarkan data-data panjang yang ia ketahui sebelumnya. Jawaban yang juga
tidak diduga Muhammad SAW sendiri. Jawaban tegas, memancar dari aliran cintanya
kepada suaminya. Kenapa tidak? Karena Khadijah yakin bahwa beliau adalah utusan
Allah SWT untuk umat ini.
Khadijah segera mencarikan informasi
kepada tokoh agama, Waraqah bin Naufal, atau kepada pendeta Buhaira tentang
kejadian yang dialami Muhammad SAW Keduanya berkomentar, bahwa Muhammad seorang
nabi akhir zaman untuk umat ini.
Demikian, kita melihat sikap
bijak ummul mukminin,
Khadijah ra. Dirinya menjadi dewasa dan matang bersamaan dengan
kejadian-kejadian yang dialaminya. Khadijah menjadi mudah menyelesaikan
persoalan bersamaan dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Khadijah
tidak sekedar menggembirakan dan membela Muhammad SAW berdasarkan dugaan atau
kamuflase belaka. Akan tetapi Khadijah mempersembahkan pembelaan dan
menyenangkan hati suaminya karena berdasarkan data-data panjang yang ia hadapi
selama ini. Dengan sigap dan penuh cinta, Khadijah mendampingi suaminya menghadapi
persoalan hidup.
Diawal permulaan Islam, peranan
Khadijah tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan
Risalah yang diemban oleh beliau dari Rabb Subhanahu wa Ta’ala. Wanita pertama
yang beriman kepada Allah ketika Rasulullah SAW mengajaknya menuju jalan
Rabb-Nya. Dia yang membantu Rasulullah SAW dalam mengibarkan bendera Islam.
bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama. Dengan penuh semangat, Khadijah
turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa, dan berani menentang
kejahilan kaumnya.
Khadijah seorang yang
senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul disaat kaumnya mendustakan risalah
yang dibawa. Seorang pendorong utama bagi Rasul untuk selalu giat berdakwah,
bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan
beban berat di pundak Rasul. Perhatikan pujian Rasul terhadap Khadijah :
“Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku disaat orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada mau.” (HR. Ahmad, Al-Isti’ab karya Ibnu Abdil Ba’ar)
Begitulah Sayyidah mujahidah
tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan
diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy
mengumumkan pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam
bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan
tersebut kemudian mereka tempel pada dinding kabah; Khadijah tidak ragu untuk
bergabung dengan kaum muslimin bersama kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan
kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan
orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh
dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala.
Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan
tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala
kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun. Selang enam
bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian
menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun
sebelum hijrah.
Khadijah binti Khuwailid, wafat
tiga tahun sebelum hijrah dalam usia 65 tahun. Kepergiaannya membuat kesedihan
yang sangat mendalam di hati Rasulullah SAW maupun umat Islam. Ia pergi
menghadap Rabb-Nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan.
Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena
bagi Rasulullah SAW, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan
Islam
Begitulah Nafsul Muthmainnah
telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan,
setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam
berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalam hubungannya, beliau
menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan
sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemampuan untuk mendatangkan
keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari
Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari
emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya.
Khadijah ra. membela suaminya
dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu
menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih
ingkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang
dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy. Layaklah kalau
Khadijah ra. mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh
wanita-wanita lain yaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT yang disampaikan
oleh malaikat Jibril as kepada Rasulullah SAW disertai salam dari Jibril as
peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya
dengan syurga.
Kesetiaan Khadijah ra.
diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas. Nabi SAW pernah
berkata :“Wanita yang utama dan yang pertama akan masuk Surga ialah Khadijah
binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW., Maryam binti ‘Imran dan Asyiah
binti Muzaahim, isteri Fir’aun.”
Kebijakan, kesetiaan dan
berbagai kebaikan Khadijah tidak pernah lepas dari ingatan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang
istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah SAW. Betapa
kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan ‘Aisyah, “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri
Nabi SAW sebagaimana cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah
melihatnya. Tetapi Nabi SAW selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya
menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah. Bahkan pernah
saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah, lalu Nabi
menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu, selain itu,
aku mendapat anak daripadanya.”
Khadijah , sang Ummul Mukminin.
Semua keteladanan Beliau (mulai dari menjaga kesucian diri, keimanannya,
komitmennya dan tentunya masih banyak lagi) Sudah seharusnya setiap
wanita meneladani yang telah Beliau lakukan dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan kita sekarang ini. Sebagai istri yang turut menyokong ekonomi
keluarga, mengikhlaskan hartanya di jalan dakwah. Selain itu, yang terpenting
Beliau tetap tidak meninggalkan kodratnya sebagai seorang istri dan ibu.
Beliau tidak serta merta
sombong dengan semua harta yang dimilikinya, dan tidak pula mengurangi hormat
Beliau pada sang suami, walaupun Beliau lebih kaya. Hal yang sangat sulit kita
dapati dalam kehidupan kita saat ini. Beliau ikhlas menafkahkan harta yang
dimilikinya untuk membantu orang-orang di sekitarnya.
Khadijah juga dapat
memposisikan diri sebagai istri dengan baik, walaupun sang suami lebih muda.
Hal inilah yang semakin membuat Rasulullah semakin mencintainya, bahkan setelah
Khadijah wafat pun Rasulullah tetap menyebut namanya yang membuat Aisyah
cemburu. Dari Khadijah inilah, Rasulullah mempunyai keturunan, hal yang tidak
diperoleh dari istri-istri yang lain.
Selain, kedermawanan dan
pekertinya yang patut dijadikan teladan, loyalitas Khadijah terhadap dakwah
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pun tidak dapat diragukan lagi. Beliau yang
pertama kali beriman setelah Rasulullah memperoleh wahyu. Beliau dapat
menenangkan hati Rasulullah yang gelisah setelah menerima wahyu Allah SWT
dengan perantara malaikat Jibril. Dan beliau pula yang selalu mendampingi
Rasulullah di masa-masa sulit ketika untuk pertama kalinya Islam disebarkan.
banyak sekali keteladanan hidup
dari sang Ummul Mukminin, cinta sejati Rasulullah SAW, Khadijah yang semoga
saja bisa menjadi tuntunan bagi kaum wanita.